Andin duduk termenung seorang diri di kursi teras depan rumahnya, tangannya merayu memanjakan rambut lurus yang semaki ikal, pandangan matanya tak terarah, terkadang menatap pada pada benda apapun yang dilihatnya terkadang tatapannya kosong tanpa arah, bibirnya selalu berucap, entah itu sebuah kata kata, kalimat atau bahkan menjadi sebuah nyanyian yang disenandungkan. Wajahnya puca dengan berbalut baju tidur berwarna putih yang nampak sedikit kusam kakinya terkadang mengayun atau menghentak-hentakn lantai. Dengan terus menggulung rambutnya seraya ia berkata,
"andi,,, andi,,, andi,,, "
Berulang-ulang kali.
Lalu kemudian ia melihat seekor kucing yang sedang membersihkan bulunya. Andin pun menghampiri dengan langkah terseret kaku dan masih memainkan rambutnya seraya berkata
" andi,,, andi,,, heyy " dengan teriakan yang sontak membuat kucing otu kaget dan lari.
Andin mencoba mengejarnya namun kucing itu berlari keluar pagar besi rumahnya.
Andin pun menangis dan seraya berkata.
" andi,,, andi,,, jangan pergi andi,,, "
Kemudian melintaslah kupu-kupu di depan matanya, matanya yang tadi basah karna tangisan kini merona bahagia kembali ia berlari dan terkadang ia melompat untuk mampu menjangkau kupu-kupu itu,dengan tersenyum dan tertawa ia terus memandangi kupu kupu itu dan mengikutinya tak lama kupu-kupu itu semakin terbang tinggi,, tinggi,,, dan jauh. Andi melompat-lompat berusaha menjangkau kupu-kupu itu namun tak bisa ia raih seraya menangis kembali ia berkata
"andi,,, andi,,, tega sekali andi... Pergi membiarkan aku sendiri dalam kehampaan" air matanya mengalir deras dan tak mampu ia menangan kesedihan yang begitu dalam. Kini dadanya terasa sesak, sesak, sesak sekali, matanya kaburr dan tak ada lagi suara yang keluar dari bibir mungilnya meskipun ia ingin sekali meneriakan kata andi,, andi,,, dan andi.. Namun tenggorokannya seketika kering bagai rongga rongga berdebu dan patah. Dan ditengah teriknya matahari ia pun duduk bersimpuh lalu terpejamlah andin.
**
**
"andin aku berjanji akan segera menikahimu meskipun kedua orang tua kita tak merestui, tapi aku pasti segera menikahimu andin" ucap and merengkung kedua tangan andi di atas meja makan.
"apa yang bisa kita lakukan dengan kedua orang kita yang sudah jelas tidak merestui kita sayang.. " balas andin dengan khawatir.
" kita kawin lari,! "
" apa? Kawin lari? " sontak andin kaget dengan perkataan ando yang menginginkan untuk kawin lari, pada awalnya ia tak menyutujuinya namun karena cintanya yang begitu besar pada andi akhirnya ia pun setuju dengan keputusan andi dan berniat untuk pergi dari rumah mereka.
Sesampainya di rumah andin mencoba untuk biasa-biasa saja namun malam itu tingkahnya memang aneh dan membuat ayah andin ingin menanyakan sesuatu tentang keadaannya.
"andin g,, ga,,k kenapa ke,, napa ko yah, andin masuk kamar dulu ya yah"
Andin pun bimbang untuk melanjutkan aksinya kawin lari bersama andi, ia kebingungan sangat, sangat kebingungan membuatnya tak berhenti berfikir apa yang harus dia lakukan, tiba tiba dari pintu jendela kamarnya,terdengar suara menyebut nyebut namnya dengan suara bisikan. Andin pun segera membuka jendela dan itu adalah andi, yang sudah siap untuk membawanya pergi dari rumah.
"aku ga bisa pergi dengan begini andi, aku ga bisa meninggalkan ayah dan ibu dengan jalan seperti ini" suaranya pelan namun terasa panik,
"kita sudah sepakat andin, kamu ga bisa mengubah keputusan ini begitu aja, atau kamu memang tidak mau menikah denganku? "
" aku mencintaimu andi, sangat mencintaimu" matanya berbinar dengan raut wajah khawatir tangannya mengusap kedua pipi kekasihnya ini yang saat itu sedang menunggu tindakan dan keputusannya.
"kalau begitu sekarang kita pergi" ucapnya dengan memegang kedua tangan andin dan menuntunnya untuk keluar dari jendela kamar.
Masuklah andin kedalam mobilnya dan langsung menuju kesebuah tempat perbelanjaan untuk membeli gaun pengantin untuk hari pernikahan mereka esok pagi. Andin yang masih kebingungan tentang hal itu bertanya tanya untuk apa, ia mengajaknya ke tempat perbelanjaan.
"kita akan menikah besok, aku sudah mengurus semua acara pernikahan kita, jadi kamu tinggal ikuti apa kata aku yaa" ucapnya seraya merengkuh tangan andin yang terasa dingin dan gemetar, seketika andin menangis bahagja dan memeluk kekasihnya dengan sangat erat.
Keesokan harinya tepat di sebuah gereja antonius di tengah ibu kota, andin menggunakan gaun pengantin berwarna putih dan riasan cantik dengan kalung dan anting yang gemerlap menambah keanggunan wajahnya, ia masih menunggu kekasihnya di halaman gereja, karena andi masih ada sesuatu hal yang harus dia urus pagi itu.
Halaman geraja itu mengahadp ke arah jalan utama sehingga akan sangat terlihat pemandangan pengendara yang berlalu lalang meramaikan jalanan ibu kota. Pandanganya terarah pada jalan, ia cukup khawatir karena sudah hampir 2 jam ia menunggu namun kekasihnya tak kunjung juga datang, dia terus mengirim pesan singkat pada kekasihnya tapi tak ada balasan, pikirannya sudah melayang jauh tak tentu arah namun hal yang paling ia takutkan adalah ketika andi tak datang menjemputnya untuk menepati janji menikahinya. Yah andin sangat takut kehilangan andi, bagaimana jika itu terjadi, pernikahan ini pula bukanlah pernikahan yang kebanyakan orang ingin kan karena tak dihadiro oleh kedua orang tua dari mempelai, terlebih andin dan andi sudah kabur dari rumah sehingga pasti pagi ini seisi rumah sedang mencariku jika andin pulang tanpa di dampingi andi dengan sisa pakaian pengantin seperti ini apa yang harus dia katakan pada ayahnya yang sangat menentang hubungan mereka. Mereka pasti akan mengusirku dan tak akan menganggapku anak mereka lagi. Tak lama berselang sebuah mobil honda jazz terhenti di depan jalan masuk gereja andin pun berdiri darikursi tempat ia duduk, kaca pintu mobil pun perlahan terbuka dan itu adaah andi menggunakan pakaian serba putih dengan kemeja, celana jas putih dan dasi hitam, wajahnya tampan dengan perawakan yang maskulin sampain andin pun jatuh hati padanya berpuluh puluh kali rasanya. ia tersenyum pada andin yang berdiri di halaman gereja, namun ketika andin ingin melangkahkan kaki kirinya tiba tiba...
'srrrreeeeeeeeeeeeeetttttttttttttttttt brukkk brukkhhh brugghkkk brugghhkkkkk... Zzzzzzttttttt duaaaaarrrrrrrrrrrr..... '
Dentuman keras membuat semua orang di sana tertunduk namun tidak dengan andin.
Bagaimana bisa ia melihat di depan mata kepalanya mobil yang di tunggangi kekasihnya itu tertabrak sebuah mobil tengki membawa minyak dengan kecepatan tinggi hingga menggulingkan mobil andi berkali kali menyeretnya bepuluh puluh meter tertindinh tengki dan akhornya meledak karena kebocoran tengkilalu membakar kedua mobil tersebut. Api yang membara tak mampu di hentikan dengan cepat, warga di sekitar mencoba untuk meminta bantuan dan bergotong royong memadamkan api. Andin yang hanya terdiam diri masih berdiri di halaman gereja memegang sebuah bingkisan bunga pernikahan, matanya berbinar raut wajahnya berubah seakan tak percaya hal ini terjadi pada dirinya. Ketakutan melanda, ia ingin berteriak namun rasanya tenggorokan ini beku tak mampu mengeluarkan kata sepatahpu,pandangan nya kabur dan oa tak sadarkan diri.
***
***
Andin membuka matanya terlihat ayahnya membangunkannya di depan halaman rumahnya, hari sudah mulai sore saat itu. Ayah nya bertanya kenapa kamu ada disini sayang
Andin pun berkata "andi,,, andi,,, andiiiiiiiiii,,,,,," dan langsung memeluk ayahnya dengan bercucuran air mata. Ayahnya yang saat itu membalas pelukan anaknya menangis dan berkata "sabarlah nak mungkin ini adalah hukuman untukmu dan untuk ayahmu, semua akan indah pada waktunya"
THE END